Desa Sambik Bangkol

Bahkan nilai-nilai kepercayaan masyarakat ini menjadi bagian yang tertuang dalam visi-misinya ketika maju menjadi calon Kepala Desa Samba. “Tentu kepercayaan masyarakat ini harus dijalankan sesuai yang ada dalam visi misi saya,” katanya pada media Sasaka saat ditemui di Kantor Desa Samba, (03/01/2024).

Selain itu, ia juga menaruh perhatian pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang saat ini masih belum digarap dengan baik. Suhaedi, ingin BUMDes ini dampaknya lebih besar lagi bagi kepentingan masyarakat.

“Bagaimana agar BUMDes ini benar-benar dirasakan keberadaan Dan manfaat ya oleh masyarakat kita,” harapnya.

Lebih jauh, Suhaedi menyinggung Tata Kelola Pemerintahan Desa. “Ini kan harapan semua masyarakat agar tata kelola Pemerintahan itu terus ke arah yang lebih baik. Yang transparan dan terbuka,” ujarnya.

Selain itu, ada beberapa hal juga yang menjadi perhatiannya, seperti potensi wisata, pemberdayaan kelompok pemuda.

“Mungkin pemerintahan saya sekarang berfokus juga pada pemberdayaan untuk bagaimana kita berinovasi untuk kemajuan desa, itu yang saya inginkan. Kita ingin membangun akses pariwisata karena selama ini akses pariwisata belum tersentuh,” tandasnya.

Terkait sumber daya alam yang belum sepenuhnya didukung oleh sumber daya manusia, tidak luput pula dari perhatiannya. Melalui pemberdayaan desa, ia berencana memaksimalkan keberadaan pemuda desa. Menurutnya, perlunya desa adakan pemberdayaan, agar masyarakat terutama pemuda-pemuda ini bisa mengelola desa.

Contohnya untuk sumber daya alam, desa Samba kaya dengan hasil pertanian dan perkebunan. Tapi masyarakat hanya baru bisa menjual mentahnya seperti jambu mete, pisang dan cokelat. Belum ada proses pengolahan agar nilai bertambah.

Tidak hanya wilayah atas yang didominasi perkebunan, di wilayah bawah atau pesisir juga akan lebih diperhatikan lagi kedepannya.

“Apalagi di wilayah bawah itu kebanyakan nelayan untuk enam dusun yang di bawah itu bagaimana caranya mengelola ikan. Jangan hanya menjual bongkelan (mentahnya) tanpa ada pengolahan, misalnya buat abon, buat sate atau gitukan biar aja nilai jual lebih. Apalagi PR utama kita di wilayah untuk nelayan ini tempat pelelangan ikan, itu yang kita tidak punya karena kendalanya kita belum punya lahan atau tanah aset desa disana,” katanya semangat.

Beberapa keluhan para nelayan juga ia tampung dan menjadi arahan tersendiri baginya untuk berusaha lebih baik.

“Keluhan masyarakat di bawah itu, belum adanya tempat pelelangan ikan apalagi tempat menaruh sampan itukan masih numpang kalau ada ombak besar mereka tidak ada tempat sudah untuk menaruh sampan. Sekarang kan kita juga sudah tau banyak dibangunnya kafe atau apa itukan, itu kendala kita di bawah, tentu itu akan kita usahakan,” bebernya.

Selain sektor pariwisata yang belum tersentuh, pembentukan UMKM juga akan difokuskan pada pemberdayaan desa. Hal tersebut sebagai upaya untuk membangun dan memulihkan perekonomian masyarakat.

“Termasuklah di pemberdayaan juga untuk UMKM, untuk kelompok-kelompok UMKM itulah kita bentuk karena selama inikan belum disentuh oleh kita dari desa ini untuk pembimbingan atau apa gitu, pembimbingan dari desa dalam bentuk alat atau apa gitukan, itu yang kita inginkan. Yang penting adanya sumbangsih dari desa untuk UMKM, ” demikian tutup Suhaedi. (add.e)